BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN
TEORI BELAJAR
HUMANISME DAN APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN
DISUSUN OLEH :
1. FEFEN RIUSE NPM
: 07210885
2. IRFANI SUTYONO NPM : 10211703
2. IRFANI SUTYONO NPM : 10211703
3. MUKHLISIN NPM
: 07210901
4. M. LUKMAN EFENDI NPM : 10211708
4. M. LUKMAN EFENDI NPM : 10211708
5. TONI JULIANTO NPM
: 10211757
6. YAN ERLI KURNIAWAN NPM : 10211731
7. YUDI KHOHAR NPM
: 10211732
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH METRO
TP. 2011/2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa , karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “TEORI BELAJAR HUMANISME DAN APLIKASINYA DALAM
PEMBELAJARAN”. Sebagai bukti tanggung jawab terhadap tugas yang diamanatkan
oleh dosen pembimbing materi belajar dan pembelajaran pada kelompok kami.
Makalah yang kami buat ini, mencakup aspek-aspek
yang kaitannya dengan teory belajar humanisme meliputi: apa itu teory belajar
humanisme, tokoh-tokoh berikut aliran dari teory tersebut misalnya: Abraham
Maslow, Carl rogers, Arthur Combs, Kolb, Honey dan Mumford, serta Habermas
dimana setiap tokoh memiliki pandangan tersendiri. Dalam makalah ini juga
ditampilkan kelebihan dan kelemahan dari teory humanisme. Sebagai pemantapan
kami juga memasukan aplikasi teory belajar humanisme terhadap pembelajaran, hal
ini ditujukaan agar pembaca dapat lebih memahami apa itu teory belajar
humanisme.
Dengan terselesainya makalah ini,
kami juga tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada: Prof.Dr.H. karwono,
M.pd yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan motivasinya
sehingga kami terdorong untuk menyelesaikan tugas yang telah diamanatkan pada
kami.
Kami menyadari bahwa, dalam penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi yang disajikan maupun dari
struktur bahasa yang digunakan, itu semua tidak lain disebabkan oleh
keterbatasan yang kami miliki, Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik,
dan saran dari pembaca yang semua itu berguna untuk pembelajaran kami
selanjutnya. Akhir kata mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca sekalian.
Metro,
oktober 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL....................................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR.................................................................................................................... ii
DAFTAR
ISI.................................................................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
A.
Latar Belakang................................................................................................................... 1
B.
Sistematika......................................................................................................................... 1
BAB II TEORY
BELAJAR MENURUT PANDANGAN HUMANISME
A.
Teory Belajar yang Berpijak Pada Pandangan
Humanisme............................................... 3
B.
Tokoh Berikut Aliran Teory Belajar Humanisme.............................................................. 5
C.
Kelebihan dan Kelemahan Teory Belajar Humanisme.................................................... 13
BAB III APLIKASI TEORY BELAJAR HUMANISME TERHADAP
PEMBELAJARAN
A.
Peserta Didik dan Guru................................................................................................... 14
B.
Aktifitas dalam Proses Pembelajaran............................................................................... 16
C.
Bentuk-bentuk Pendidikan Humanisme......................................................................... 17
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan...................................................................................................................... 19
B.
Saran................................................................................................................................ 19
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................................................... 2
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat,
tetapi belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri siswa. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam
berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah laku
ketrampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaanya.
Jadi belajar adalah suatu proses yang aktif, proses mereaksi terhadap
semua situasi yang ada pada siswa. Belajar merupakan suatu proses yang
diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui situasi yang ada pada
siswa.
Dalam suatu pembelajaran juga perlu didukung oleh adanya
suatu teori dan belajar, secara umum teori belajar di kelompokan dalam empat
kelompok atau aliran meliputi: (1) Teori Belajar Behavioristik (2)
Teori Belajar Kognitif (3) Teori Belajar Humanistik (4) Teori Belajar Sibernik.
Untuk memahami lebih lanjut maka dalam makalah ini akan
membahas mengenai Teori Belajar Humanistik. Dimana di dalamnya kami juga
menyajikan aplikasi dari teory belajar humanism terhadap pembelajaran.
B.
Sistematika
Dalam makalah ini kami rancang menjadi tiga bab,
yang mana setiap bab akan membahas sub-sub yang sesuai dengan judul bab
tersebut. Ini dapat dilihat dari rincian berikut:
BAB I PENDAHULUAN, yang berisikan latar belakang
masalah dan sistematika dari makalah kami. Hal ini ditujukan agar pembaca dapat
mengerti diawal sebagai kesan awal.
BAB II TEORY BELAJAR MENURUT PANDANGAN HUMANISME ,
yang mana di dalamnya terkandung: pengertiannya, tokoh berikut alirannya,
dankelebihan serta kekurangan dari teory humanism.
BAB III membahas APLIKASI TEORY BELAJAR HUMANISME
TERHADAP PEMBELAJARAN, yang di dalamnya meliputi: peserta didik dan guru,
aktifitas dalam proses belajar, dan bentuk pendidikan humanism.
BAB
IV PENUTUP, yang berisikan penarikan
kesimpulan kami terhadap penjelasan-penjelasan dan harapan kami pada kritik dan
saran pembaca demi penyempurnaan.
BAB II
TEORY BELAJAR
MENURUT PANDANGAN HUMANISME
Teori
humanistik menjelaskan bahwa poses belajar harus dimulai dan ditunjukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia (proses humanisasi). Teori humanistik sifatnya
lebih menekankan bagaimana memahami persoalan manusia dari berbagai dimensi
yang dimilki, baik dimensi kognitif, afektif, dan psikomotor. Teori humanistic
tidak bisa serta merta mampu menciptakan peserta didik menjadi sosok manusia
yang ideal, dalam proses pembelajaran harus mampu menciptakan situasi dan
kondisi yang menyebabkan manusia memilki kebebasan untuk beraktualisasi,
kebebasan untuk berpikir alternatif, dan kebebasan untuk menemukan konsep dan
prinsip.
A. Teory Belajar yang Berpijak pada Pandangan Humanisme
1.
Pengertian Teori Belajar Humanisme
Pengertian humanisme yang beragam
membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai
macam arti pula. Sehingga perlu adanya satu pengertian yang disepakati mengenai
kata humanisme dalam pendidikan. Dalam artikel “What is Humanisme Education?”,
Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru dapat dikatakan
bersifat humanisme dalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada
beberapa tipe pendekatan humanisme dalam pendidikan. Ide mengenai
pendekatan-pendekatan ini terangkum dalam psikologi humanisme.
Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk
memanusiakan manusia. \proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus
berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal
diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan
potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Dalam teori belajar humanistik,
belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu
mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya
Teori
belajar humanisitik sering dikritik karena sulit diterapkan dalam konteks yang
lebih praktis. Teori ini dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori
kepribadian dan psikoterapi daripada bidang pendidikan itu sendiri, sehingga
agak sulit untuk mengaplikasikannya ke dalam langkah-langkah yang lebih
kongkret dan praktis.
Namun
karena sifatnya yang ideal, yaitu memanusiakan manusia maka teori belajar
humanistik mampu memberikan arah terhadap semua komponen pembelajaran untuk
mendukung tercapainya tujuan yang ingin dicapai atau direncanakan sebelumnya.
Semua komponen pendidikan, termasuk di dalamnya tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang dicita-citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri. Untuk itu sangat perlu diperhatikan bagaimana perkembangan peserta didik dalam mengaktualisasikan dirinya, pemahaman terhadap dirinya, serta realisasi diri. Pengalaman emosional dan karateristik khusus individu dalam belajar perlu diperhatikan oleh guru dalam merencanakan pembelajaran. Seseorang akan dapat belajar dengan baik apabila mempunyai pengertian tentang dirinya sendiri dan dapat membuat pilihan-pilihan secara bebas ke arah mana ia akan berkembang. Dengan demikian teori belajar humanistik mampu menjelaskan bagaimana tujuan ideal tersebut dapat dicapai dan serta memudahkan pencapaiannya.
Semua komponen pendidikan, termasuk di dalamnya tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang dicita-citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri. Untuk itu sangat perlu diperhatikan bagaimana perkembangan peserta didik dalam mengaktualisasikan dirinya, pemahaman terhadap dirinya, serta realisasi diri. Pengalaman emosional dan karateristik khusus individu dalam belajar perlu diperhatikan oleh guru dalam merencanakan pembelajaran. Seseorang akan dapat belajar dengan baik apabila mempunyai pengertian tentang dirinya sendiri dan dapat membuat pilihan-pilihan secara bebas ke arah mana ia akan berkembang. Dengan demikian teori belajar humanistik mampu menjelaskan bagaimana tujuan ideal tersebut dapat dicapai dan serta memudahkan pencapaiannya.
Teori
belajar humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahani arah
belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan
pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai
tujuannya. Meskiun teori ini masih sulit diterapkan ke dalam langkah-langkah
pembelajaran yang praktis dan operasional, namun sumbangannya begitu besar.
Ide-ide, konsep-konsep, taksonomi-taksonomi tujuan yang telah dirumuskannya
dapat membantu para pendidik dan guru dalam memahami hakekat manusia.
Hal
ini akan dapat membantu mereka dalam menentukan komponen-komponen pembelajaran
seperti perumusan tujuan, penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran,
serta pengembangan alat evaluasi, ke arah pembentukan manusia yang
dicita-citakan dan sudah di rencanakan tersebut. Selain itu diperlukan pendukung
seperti rancangan yang sistematis.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang secara sistematis, tahap demi tahap secara ketat, sebagaimana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dinyatakan secara eksplisit dan dapat diukur, kondisi belajar yang diatur dan ditentukan, serta pengalaman-pengalaman belajar yang dipilih siswa, mungkin saja berguna bagi guru tetapi tidak berguna bagi siswa. Menurut teori belajar humanistik, agar belajar lebih bermakna bagi siswa, maka diperlukan inisiatif dan keterlibatan penuh dari siswa sendiri, sehingga siswa akan mendapatkan pengalaman belajar.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang secara sistematis, tahap demi tahap secara ketat, sebagaimana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dinyatakan secara eksplisit dan dapat diukur, kondisi belajar yang diatur dan ditentukan, serta pengalaman-pengalaman belajar yang dipilih siswa, mungkin saja berguna bagi guru tetapi tidak berguna bagi siswa. Menurut teori belajar humanistik, agar belajar lebih bermakna bagi siswa, maka diperlukan inisiatif dan keterlibatan penuh dari siswa sendiri, sehingga siswa akan mendapatkan pengalaman belajar.
B.
Tokoh berikut Aliran Teory Belajar Humanisme
1. Abraham Maslow
Maslow berpandangan
bahwa manusia yang wajar/sehat jiwanya adalah manusia yang mengembangkan
dirinya berdasarkan kekuatan-kekuatan dari dalam dirinya sendiri. Dalam hal ini
dapat dikatakan bahwa individu yang demikianakan diberikan suatu kesempatan
untuk memilih terhadap pilihan-pilihan yang ada dan mengontrol perilakunya. Di
sini kita dapat melihat bahwa individu atau peserta didik akan di berikan
kebebasan sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Sedangkan pendidik hanya
berperan sebagai fasilitator dan motivator dan fungsi pendukung lainnya yang
mana kesemua itu ditujukan membantu individu dalam pemantapan kemampuanya. Ini sesuai
degan teorinya motivasi. Yang berawal dari pra-anggapan bahwa manusia adalah
baik,setidaknya netral, tidak jahat sehingga individu hanya perlu di arahkan
untuk semakin baik yang mana melalui penangkapan panca inderanya.
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri
individu ada dua hal :
(1)
suatu
usaha yang positif untuk berkembang
(2)
kekuatan
untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam
upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis.
Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan
takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil
kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi
di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah
keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah
kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima
diri sendiri(self).Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki.
Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan
fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya,
ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia
menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan
oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan
motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum
terpenuhi.
Dalam
teori hirarki kebutuhan, menjelaskan ada lima macam kebutuhan manusia yang
berjenjang ke atas. Dalam hal inikebutuhan yang lebih tinggi akan terpenuhi
jika kebutuhan yang lebih rendah ataudi bawahnya harus terpenuhi terlebih
dahulu. Lima kebutuhan manusia menurut Maslow tersebut yaitu:
1. Kebutuhan
dasar atau fisiologis (basic needs/psysiological)
2. Kebutuhan
akan rasa aman (safety needs)
3. Kebutuhan
untuk dimilikin dan dicintai (belonginess needs)
4. Kebutuhan
akan harga diri (esteem needs)
5. Kebutuhan
aktualisasi diri (self actualization needs)
Dari
ke lima kebutuan tesebut Maslow kemudian membaginya menjadi dua kelompok yaitu
pertama: empat kebutuhan terbawah yang disebut
deficiency needs(kebutuhan yang timbul klerena kekurangan). Dan
pemenuhan kebutuhan ini pada umumnya bergantung pada orang lain. Dalam hal ini
dapt dikataka bahwa individu tidak dapat mencapai kebutuhan-kebutuhan ini tanpa
hadirnya suatu bantuan dari pihak lain. Kedua yaitu pada kebutuhan yang teratas
yaitu menyangkut aktualisasi diri individu, dalam hal ini individu harus
melakukan sendiri dan pihak lain seperti guru hanya memberikan kebebasan pada
individu untuk mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
2. Carl Rogers
Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois
Chicago, sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Semula Rogers menekuni
bidang agama tetapi akhirnya pindah ke bidang psikologi. Ia mempelajari
psikologi klinis di Universitas Columbia dan mendapat gelar Ph.D pada tahun
1931,
sebelumnya ia telah merintis kerja klinis di Rochester
Society untuk mencegah kekerasan pada anak.Gelar profesor diterima di Ohio
State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis buku pertamanya, Counseling and
Psychotherapy dan secara bertahap mengembangkan konsep Client-Centerd Therapy.
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
- Kognitif (kebermaknaan)
- Experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti
memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential Learning
menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar
experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal,
berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada
siswa.
Carl
R. Rogers kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar
dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar
yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual
maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar
humanisme bahwa motifasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik.
Roger
membedakan dua ciri belajar, yaitu: (1) belajar yang bermakna dan (2) belajar
yang tidak bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses
pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan belajar
yang tidak bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek
pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik.
Bagaimana
proses belajar dapat terjadi menurut teori belajar humanisme?. Orang
belajar karena ingin mengetahui dunianya. Individu memilih sesuatu untuk
dipelajari, mengusahakan proses belajar dengan caranya sendiri, dan menilainya
sendiri tentang apakah proses belajarnya berhasil.
Menurut Roger, peranan guru dalam
kegiatan belajar siswa menurut pandangan teori humanisme adalah sebagai
fasilitator yang berperan aktif dalam :
(1) Membantu menciptakan iklim kelas
yang kondusif agar siswa bersikap positif terhadap belajar,
(2) Membantu siswa untuk memperjelas
tujuan belajarnya dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar,
(3) Membantu siswa untuk memanfaatkan
dorongan dan cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar,
(4). Menyediakan berbagai sumber
belajar kepada siswa,
(5). Menerima pertanyaan dan pendapat,
serta perasaan dari berbagai siswa sebagaimana adanya.
Dinamika Kepribadian
Dalam dinamika kepribadian Carl
Rogers mengenal tiga istilah , yang dapat dikaitkan dengan pembelajaran, yaitu:
1. Anggapan positif tanpa syarat (uncoditonal positive regard)
Dalam hal ini guru harus memliki
anggapan positif atau menerima suatu keadaan peserta didik dengan tulus (apa
adanya individu). Di sini sudah jelas bahwa seorang pendidik ditubtut untuk
menganggap bahwa aemua anak didik atau peserta didik yang dihadapi adalah baik.
Anggapan positif sendiri memiliki arti kebutuhan untuk menjadi disukai,
dihargai, atau diterima secara positif dari pihak lain.contoh: dalam bidang
seni siswa kurang kemampuannya, tapi memiliki kelebihan di bidang akademik maka
guru harus tetap menerima keberadaan siswa tersebut.jika kemampuan akademiknya
diterima secara positif maka dia akan merasa puas,dan secara otomatis akan
melakukan hal yang sama. Yaitu siswa akan menerima dan memuji kelebihan orang
lain.
2. Kesesuaian Diri (self cosistensy and congruence)
Merupakan
adanya kesesuaian antara persepsidiri dengan pengalaman. Dalam kasus ini dapat
dikatakan terjadi suatu hal yang berbeda dengan pengalaman atau kebiasaan.
Misalnya: se0rang siswa yang mempersepsikan dirinya pandai bahasa inggris,
namun saat ulangan mendapat nilai yang jelek dan kemudian akan timbul
kekecewaan sehingga mengakibatkan anak itu malas untuk belajar. Sebagai guru
yang humanis, peidik harus memotivasi siswa agar lebih meningkatkan belajarnya
lagi dan menyadari akan kekurangannya.
3.
Aktualisasi Diri (self actualization)
Dalam
hal ini individu di pandang terus menerus bergerak maju.yang mana seorang
individu harus bisa dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan yang nyata pada
suatu saat nanti. Misalnya seorang siswa ahli fisika maka suatu saat dia
haruslah engaplikasikan keahliannya tersebut dalam kenyataan seperti menjadi
seorang ahli fisikawan.
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran
adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran,
yaitu:
1.
Menjadi
manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus
belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2.
Siswa
akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan
pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang
bermakna bagi siswa
3.
Pengorganisasian
bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian
yang bermakna bagi siswa.
4.
Belajar
yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah
prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :
a.
Manusia
itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b.
Belajar
yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai
relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c.
Belajar
yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap
mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d.
Tugas-tugas
belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan
apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e.
Apabila
ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai
cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f.
Belajar
yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g.
Belajar
diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h.
Belajar
inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun
intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
i.
Kepercayaan
terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama
jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan
penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j.
Belajar
yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar
mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap
pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan
itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep
mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan
Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi
yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif.
Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
- Merespon perasaan siswa
- Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
- Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
- Menghargai siswa
- Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
- Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
- Tersenyum pada siswa
Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif
mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa,
meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan
matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan
dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa
menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
3. Arthur Combs
Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka
mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti)
adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti
bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak
relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan
karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya
tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu
sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan
sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Belajar
terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi
yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa
matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan
terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus
mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dari
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan
kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba
memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah
perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang
ada.
Perilaku
internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak
guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi
pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah
menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana
membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran
tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan
mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah
perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang
ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat
bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar
apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal
arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah
bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi
pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs
memberikan lukisan persepsi diri dalam dunia seseorang seperti dua lingkaran
(besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu..
1. Lingkaran kecil adalah gambaran dari persepsi
diri
2. Lingkungan besar adalah persepsi
dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang
pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan
dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
Dalam
proses belajar, sesungguhnya ada dua hal
penting menurut ahli psikologi humanisme, yaitu:
1.
Pemerolehan Informasi Baru
Dalam
hal ini peserta didik kan lebih tertarik, jika apa yang dipelajari akaan
menjadi suatu informasi yang baru baginya. Yang seperti ini akan membuat
perasaan ingin tahu yang tinggi pada diri siswa tersebut. Dimana infrmasi yang
baru itu haruslah relevan dan dapat diaplikasikan dengan kehidupannya.
Dikatakan relevan berarti informasi tersebut haruslah sesuai atau tidak
betentangan dengan informasi yang sudah lama di dapatkan oleh peserta didik
sebelumnya dalam pembelajaran lain. Ini dilakukan agar tidak terjadi perbedaan
pemahaman ataupun tumpang tindih informasi yang didapat.
2.
Personalisasi informasi baru
Dalam
hal ini informasi baru yang diperoleh bukan merupakan hasil transfer trafer
langsung dari pediik kepada peserta didik, melainkan merupakan hasil dari
pencernaan dan pengolahan yang di lakukan peserta didik dari informasi yang
disampaikan oleh pendidik.
4. Kolb
Menurut Kolb
teori belajar dibagi dalam empat tahap yaitu: tahap pengalaman konkret, tahap
pengamatan aktif dan reflektif, tahap konseptualisasi, dan tahap eksperimentasi
aktif. Pada tahap pengalaman konkret belajar adalah seseorang mampu atau dapat
mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya. Pada tahap
pengamatan aktif dan reflektif belajar harus member kesempatan kepada seluruh
siswa melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Pada
tahap konseptualisasi, setelah siswa diberi kebebasan melakukan pengamatan,
maka selanjutnya siswa diberi kebebasan untuk merumuskan konseptualisasi hasil
pengamatannya. Artinya siswa berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan
teori, konsep atau hokum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek
perhatiannya. Sedangkan pada tahap eksperimen aktif, belajar harus mampu
melakukan eksperimentasi secara aktif. Seseorang sudah mampu mengaplikasi
konsep-konsep, teori-teori, atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata.
Tahap-tahap teori ini tidak dapat dipisahkan, karena suatu siklus yang
berkesinambungan dan berlangsung di luar kesadaran orang yang belajar.
A. Kelebihan dan
Kelemahan Teory Belajar Humanisme
1.
Kelebihan Teori Belajar Humanisme
a. Dalam pembelajaran teory ini, siswa
dituntut untuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya.
b. Belajar akan lebih cepat di pahami
dan dimengerti peserta didik karena bahan yang dipelajari relevan dengan
kebutuhan atau kemampuan yang dimiliki oleh siswa.
c. Kondisi belajar akan lebih
partisipatif dan efektif, karena dalam teori belajar ini siswa diberikan
kebebasan untuk menggali kemampuan pada dirinya. Dan kebebasan, kreativitas,
dan kepercayaan diri dalam belajar dapat ditingkatkan dengan evaluasi diri
sendiri dan evaluasi dari orang lain tidak begitu penting karena pada dasarnya
merupakan pemantapan kemampuan pada dirinya.
2.
Kelemahan Teory Belajar Humanisme
a. Dalam pembelajaran teori ini, peserta
didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi- potensiyang ada pada diri mereka.
BAB III
APLIKASI TEORY
BELAJAR HUMANISME TERHADAP PEMBELAJARAN
A.
Peserta Didik dan Guru
1. Peserta Didik
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang
memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami
potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan
potensi diri yang bersifat negatif.
Dalam
teori pembelajaran humanisme,peserta didik akan ditempatkan sebagai pusat atau
bahan perhatian dalam aktifitas belajar. Kemudian peserta didik juga menjadi
pelaku dalam memaknai pengalaman belajarnya sendiri. Dengan demikian, peserta
didik dituntut untuk berperan aktif, kreatif dan inisiatif. Karena siswa akan
diberikan kebebasan untuk mengepresikan kemampuan yang dimilikinya dan bukan
merupakan sekedarmenerima informasi dari guru/pendidik.
2. Guru
Dalam
pembelajaran humanism peran guru adalah menjadi fasilitator bagi peserta
didiknya dengan cara member motifasi dan memfasilitasi pengalaman belajar,
dengan menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai terhadap kebutuhan peserta didik sehingga
akan tercipta suasana yang aktif, yang tentu diikuti dengan penyampaian yang
sistematis.
Psikologi
humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini adalah
berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas
fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa
(petunjuk):
1. Fasilitator sebaiknya memberi
perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman
kelas
2. Fasilitator
membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam
kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari
masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan- tujuan yang bermakna bagi dirinya,
sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4.
Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang
paling luas dan mudah dimanfaatkan para
siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu
sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam
kelompok kelas, dan menerima baik isi yang
bersifat intelektual dan sikap-sikap
perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara
yang
sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap,
fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan
sebagai
seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut
menyatakan
pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam
kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak
memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan
atau ditolak oleh siswa
9. Dia harus tetap waspada terhadap
ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan
yang dalam dan kuat selama belajar
10.
Di
dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk
menganali dan menerima
keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
B. Aktifitas Dalam
Proses Pembelajaran
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya
daripada hasil belajar. Adapun proses yang
umumnya dilalui adalah :
- Merumuskan tujuan belajar yang jelas
- Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
- Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
- Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
- Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
- Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
- Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
- Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk
diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena
sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang
bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya
sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau
melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
C.
Bentuk-bentuk Pendidikan Humanisme
1. Pendidikan Terbuka (Open
Education)
Pendidikan
terbuka adalah proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada murid untuk
bergerak secara bebas di sekitar kelas dan memilih aktifitas belajar mereka
sendiri. Dimana dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dan
motivator serta menjadi pembimbing mereka(peserta didik) dalam belajar. Dalam
proses seperti ini biasanya lingkungan fisik kelas berbeda dengan kelas
tradisional. Individu/peserta didik dalam proses belajarni tidak hanya sekedar
menjadi pendengar informasi yang disampaikan oleh pendidik. Tapi diharapkan
pesrta didik mampu untuk berkreasi dan berperan aktif terhadap proses belajar.
Sehingga memungkinkan munculnya keterampilan-keterampilan atau sutu
keinginan-keinginan tertentu.
Adapun
kriteria yang disyaratkan dengan pendidikan ini antara lain:
1. Tersedia fasiliyas yang memudahkan proses
belajar
2. Tidak adanya larangan pada peserta
diik untuk bergerak secara bebas di ruang kelas, serta pengeksplorasian dari kemampuannya.
3. Adanya suasana yang
harmonis, penuh kasih saying,hangat, saling menghargai dan keterbukaan.
4.
Jika terjadi suatu masalah pribadi dengan peserta didik, pendidik akan
menyelesaikannya dengan jalan
komunikasi secara pribadi dengan peserta didik yang bersangkutan tanpa
melibatkan kelompok atau pihak lain yang tidak berhubungan.
5. Adanya kesempatan untuk professional guru,
maksudnya guru dapoat menggunakan bantuan
pihak lain seperti: asiaten pengajar atau sejenisnya.
2. Pembelajaran Mandiri
(Independent Learning)
Pembelajaran
mandiri adalah proses pembelajaran yang menuntut murid menjadi subjek yang
dapat merancang, mengatur, dan mengontrol kegiatan mereka sendiri secara
bertanggung jawab. Pembelajaran mandiri juga dapat dikatakan sebagai suatu
system pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat melakukannya sendiri dan
tidak tergantung pada factor guru, teman, atau faktor lainnya. Dalam
pembelajaran model ini peran seorang pendidik yaitu memfasilitasi,
mengkomunikasikan dan mendukung siswa dalam menggunakan keterampilan yang telah
mereka miliki.
Pembelajaran
mendiri juga dapat diartikan proses pembelajaran yang mengajak siswa melakukan
tindakan mandiri. Tindakan mandiri ini dirancang untuk menghubungkan
pengetahuan akademik dengan kehidupan siswa sehari-hari secaraa sedemikian rupa
untuk mencapai tujuan yang bermakna. Tujuan ini mungkin menghasilkan hasil yang
nyata. Dalam pembelajaran ini membebaskan siswa untuk belajarsesuai dengan gaya
belajar mereka sendiri, sesuai dengan kecepatan belajar mereka dan sesuai
dengan ara minat dan bakat dalam menggunakan kecerdasan majemuk yang mereka miliki.
Dalam pelaksanaannya, proses ini cocok untuk pembelajaran ditingkat atau level
perguruan tinggi, yang mana pada level/tingkat tersebut lebih menuntut
kemandirian dari peserta didik.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demikian
yang dapat kami berikan kepada sahabat-sahabat mahasiswa, dapat kami berikan
sedikit kesimpulan awal, bahwa:
- Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusisa serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya
- Tokoh dalam teori ini adalah Abraham Maslow, C. Roger, Arthur Comb, dan Kolb
3. Aplikasi dalam teori ini, Siswa
diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan
mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak
orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
Serta guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing
4. Bentuk-bentuk pembelajaran dalam
teori humanisme yaitu: Pendidikan Terbuka (Open Education) dan
Pembelajaran Mandiri (Independent Learning)
B. Saran
Kami
menyadari sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekuragan, untuk
itu demi penyempurnaan makalah ini, kami minta saran dari pembaca dan kami
menyarankan untuk dilakukan penelitan lanjut, yang munakain akan menghasilkan
suatu karya tulis/makalah yang lebih sempurna.
DAFTAR
PUSTAKA
Dakir.1993.
Dasar-dasar Psikologi. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Uno,
Hamzah.2006.Orientasi baru Dalam Psikologi Perkembangan. Jakarta:
Bumi aksara.
Hadis,
Abdul.2006.Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Karwono
dan Heni Mularsih.2010.Belajar dan
Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber
Belajar.Ciputat: penerbit cerdas jaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar